
Ditengah emosi, kebingungan dan ketakutannya, ia baru sadar ada sebuah kotak kecil dibungkus kertas warna biru di atas mejanya. Ia tak tahu dari siapa dan sejak kapan kado itu ada disana, mengingat hari ini bukanlah hari ulang tahunnya. Kejutan yang dilakukan perusahaan atas dirinya sudah cukup sebagai terapi shock pagi hari masih ditambah lagi kejutan kado ini. Dengan enggan ia membuka pita dan pembungkusnya perlahan. Ia tak mengharapkan sesuatu yang bisa membuatnya sedikit lega, sudah cukup banyak masalah yang ia hadapi balakangan ini.
Roni membuka kotak kecil itu dan mengintip isi di dalamnya. Hanya ada secarik kertas dengan beberapa baris kalimat dan Roni pun mengambilnya.
"Sayang sekali kau lupa kalau hari ini hari ulang tahun pernikahan kita!"
"Tapi semoga kejutan kecil ini mampu meluluhkan hatimu untuk kembali padaku".
"Sayang, sudahlah, jangan lama-lama kita saling diam, aku tak tahan. Aku rindu hangatnya pelukanmu!"
Roni membalik kertas itu, ia berharap menemukan sebuah nama yang sangat ia cintai. Namun tak ada apa-apa disana. Ia melihat lagi isi kotak kecil itu, ia menemukan cicin kawin yang ia berikan pada pasangannya saat mereka memutuskan untuk pisah ranjang. Ia mengambil dan mengamatinya sejenak lalu ia pasangakan di jari manisnya. Sambil tersenyum kecil Roni mengecup cicin yang di jarinya dengan mesra.
Waktu tak berhenti disana untuk meninggalkan Roni dengan kebahagiaan kecilnya. Ia mengembalikan kertas itu ke dalam kotak tadi, tapi ia menemukan hal lain di dalamnya. Ada dua buah tiket pesawat dengan tujuan ke Bali yang akan lepas landas dua jam lagi. Ia mengambilanya, dan melihat tulisan tangan yang sangat dikenalnya di dasar kotak:
"Aku tunggu di bandara!"
Setiba di bandara Roni mengeluarkan HP-nya, setelah beberapa kali nada sambung, akhirnya terdengar suara "Aku di ruang tunggu!" Roni menutup teleponnya dan berlari ke ruang tunggu. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang sangat dikenalnya, sosok yang sangat disayanginya, sosok yang hanya demi dirinya ia rela melepaskan pekerjaan yang sudah lama diimpikannya. Dan orang itu ada disana, duduk di bangku paling belakang sebelah kanan. Roni perlahan menghampirinya, orang itupun berdiri sambil tersenyum cerah. Roni langsung memeluk laki-laki itu erat, tak peduli dengan betapa banyaknya orang yang menatap ke arah mereka. "maafkan aku sayang!" ucap Roni lirih, dalam diam mereka menangis bahagia. "Aku sudah membawa semua barang-barangmu, aku tahu kau pastu akan datang! Kau ingat ini tempat pertama kali kita bertemu sayang!"