Jumat, 03 September 2010

Kau pasti akan datang...

Suatu pagi Roni baru tiba di kantornya pukul delapan. Ia masuk ke ruangannya dengan wajah muram, akibat efek samping pertengkarannya semalam. Tanpa disadarinya ternyata atasannya sudah menunggu di ruangannya dan dengan ekspersi terkejut Roni memberanikan diri menanyakan keperluan atasannya berada diruangannya sepagi ini. Ternyata Roni akan dipindah-tugaskan ke luar kota. Kata-kata terakhir yang didengar Roni adalah 'bersedia pindah tugas atau mengundurkan diri!' hal ini membuat posisi Roni semakin rumit, beranikah dia memberi tahu pasangannya setelah pertengkaran hebat semalam? tapi mungkin inilah kebijakan perusahaan atas perubahan sikap Roni belakangan ini yang meresahkan banyak orang.

Ditengah emosi, kebingungan dan ketakutannya, ia baru sadar ada sebuah kotak kecil dibungkus kertas warna biru di atas mejanya. Ia tak tahu dari siapa dan sejak kapan kado itu ada disana, mengingat hari ini bukanlah hari ulang tahunnya. Kejutan yang dilakukan perusahaan atas dirinya sudah cukup sebagai terapi shock pagi hari masih ditambah lagi kejutan kado ini. Dengan enggan ia membuka pita dan pembungkusnya perlahan. Ia tak mengharapkan sesuatu yang bisa membuatnya sedikit lega, sudah cukup banyak masalah yang ia hadapi balakangan ini.

Roni membuka kotak kecil itu dan mengintip isi di dalamnya. Hanya ada secarik kertas dengan beberapa baris kalimat dan Roni pun mengambilnya.
"Sayang sekali kau lupa kalau hari ini hari ulang tahun pernikahan kita!"
"Tapi semoga kejutan kecil ini mampu meluluhkan hatimu untuk kembali padaku".
"Sayang, sudahlah, jangan lama-lama kita saling diam, aku tak tahan. Aku rindu hangatnya pelukanmu!"
Tak terasa matanya terasa hangat, air mata pun perlahan merembas di kedua pipi Roni. Ia sama sekali tak ingat dan bahkan tak berharap akan mendapatkan kejutan istimewa ini. Ia masih ingat jelas masalah-masalah, pertengkaran-pertengkaran dan salah paham yang ia lewati penuh derita dengan pasangannya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pisah ranjang dengan harapan mereka bisa tenang dan bisa introspeksi diri. Namun semua itu hanyalah sia-sia, mereka jadi saling diam dan saling curiga. Puncaknya semalam, terjadi pertengkaran hebat dan pasangannya menolak pulang ke rumah dan sampai detik ini Roni tak tahu bagaimana keadaannya. Semua kejadian inilah yang membuat sikap Roni berubah, emosinya labil, kerjaannya berantakan, semua teman-temannya bergunjing dibelakangnya.

Roni membalik kertas itu, ia berharap menemukan sebuah nama yang sangat ia cintai. Namun tak ada apa-apa disana. Ia melihat lagi isi kotak kecil itu, ia menemukan cicin kawin yang ia berikan pada pasangannya saat mereka memutuskan untuk pisah ranjang. Ia mengambil dan mengamatinya sejenak lalu ia pasangakan di jari manisnya. Sambil tersenyum kecil Roni mengecup cicin yang di jarinya dengan mesra.

Waktu tak berhenti disana untuk meninggalkan Roni dengan kebahagiaan kecilnya. Ia mengembalikan kertas itu ke dalam kotak tadi, tapi ia menemukan hal lain di dalamnya. Ada dua buah tiket pesawat dengan tujuan ke Bali yang akan lepas landas dua jam lagi. Ia mengambilanya, dan melihat tulisan tangan yang sangat dikenalnya di dasar kotak:
"Aku tunggu di bandara!"
Buru-buru Roni memasukkan kembali semua isi kotak itu kecuali cincin yang melingkar manis di jarinya. Tanpa pikir panjang ia membuat surat dan memasukkannya ke dalam sebuah amplop lalu bergegas menuju ke ruangan atasannya. Roni menyerahkan surat pengunduran dirinya dan langsung berpamitan. Atasannya hanya menatap heran dengan keputusan mustahil yang dimabil Roni, apalagi wajah Roni tak sedikitpun tampak sedih, sebaliknya, ada kebahagiaan yang membuncah merah di wajahnya.

Setiba di bandara Roni mengeluarkan HP-nya, setelah beberapa kali nada sambung, akhirnya terdengar suara "Aku di ruang tunggu!" Roni menutup teleponnya dan berlari ke ruang tunggu. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang sangat dikenalnya, sosok yang sangat disayanginya, sosok yang hanya demi dirinya ia rela melepaskan pekerjaan yang sudah lama diimpikannya. Dan orang itu ada disana, duduk di bangku paling belakang sebelah kanan. Roni perlahan menghampirinya, orang itupun berdiri sambil tersenyum cerah. Roni langsung memeluk laki-laki itu erat, tak peduli dengan betapa banyaknya orang yang menatap ke arah mereka. "maafkan aku sayang!" ucap Roni lirih, dalam diam mereka menangis bahagia. "Aku sudah membawa semua barang-barangmu, aku tahu kau pastu akan datang! Kau ingat ini tempat pertama kali kita bertemu sayang!"